Eksplorasi Potensi Tumbuhan Sebagai Pewarna Alami Batik Besurek Bengkulu Ramah Lingkungan
DOI:
https://doi.org/10.24252/filogeni.v5i1.56996Kata Kunci:
Batik besurek, Eksplorasi tumbuhan, Pewarna alami, Ramah lingkungan, SNI ISO-105Abstrak
Batik besurek merupakan warisan budaya Khas Bengkulu yang dalam praktiknya pewarnaannya masih banyak menggunakan zat pewarna sintetis, yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan lokal sebagai pewarna alami dalam pembuatan batik besurek, serta mengevaluasi kualitas dan ketahanan warnanya berdasarkan standar SNI ISO-105. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan teknik pewarnaan yang efektif, ramah lingkungan, dan aman digunakan dalam praktik membatik di sekolah. Metode penelitian menggunakan pendekatan eksploratif untuk mengidentifikasi tanaman lokal sebagai bahan pewarna alami pada batik besruek. Pendekatan eksperimental digunakan untuk menguji kualitas warna dan ketahanannya terhadap pencucian (ISO 105-C06), penjemuran (ISO 105-B02), dan gesekan (ISO 105-X12) melalui proses maserasi dan teknik boiling treatment menggunakan 3 jenis mordant tawas, tunjung, dan kapur sirih [1]. Tanaman yang digunakan meliputi Hibiscus rosa-sinensis, Archidendron pauciflorum, Bougainvillea sp, dan Curcuma longa yang dikenal mengandung pigmen alami. Hasil menunjukkan bahwa Curcuma longa memiliki ketahanan warna tertinggi, sedangkan Bougainvillea sp menunjukkan ketahanan paling rendah. Teknik pewarnaan dengan pewarna alami berbasis tumbuhan lokal dapat menjadi alternatif inovatif dan edukatif yang mendukung pelestarian lingkungan serta pemanfaatan biodiversitas lokal dalam pembelajaran kontekstual di sekolah.
Referensi
[1] M. Belladona, N. Nasir, and E. Agustomi, “Perancangan instalasi pengolah air limbah (IPAL) industri batik besurek di Kota Bengkulu,” J. Teknologi, vol. 12, no. 1, pp. 6–13, 2020, doi: 10.24853/jurtek.12.1.1-8.
[2] Y. A. Khalish and A. Solihat, “Akulturasi budaya arab dalam motif kaligrafi batik,” Jurnal Kajian Seni, vol. 10, no. 01, pp. 80–93, 2023, doi: 10.22146/jksks.81340.
[3] R. Sahara, H. Johan, and R. Medriati, “Analisis kebutuhan pengembangan modul berbasis etnosains materi suhu dan kalor Kelas XI SMAN Kota Bengkulu,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, vol. 6, No. 3, pp. 2–5, 2022, doi: 10.20527/jipf.v6i3.6459.
[4] A. Aldalbahi, M. E. El-Naggar, M. H. El-Newehy, M. Rahaman, M. R. Hatshan, and T. A. Khattab, “Effects of technical textiles and synthetic nanofibers on environmental pollution,” Polymers (Basel)., vol. 13, no. 1, pp. 1–26, 2021, doi: 10.3390/polym13010155.
[5] R. A. Purnomo, R. Rahmawati, S. Arifah, ........., and S. Nurlaela “Batik ciprat pewarna alam : Ekonomi kreatif sebagai solusi pembangunan berkelanjutan,” BUDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol. 6, no. 1, pp. 1–9, 2024.
[6] B. Pizzicato, S. Pacifico, D. Cayuela, G. Mijas, and M. Riba-Moliner, “Advancements in sustainable natural dyes for textile applications: A Review,” Molecules, vol. 28, no. 16, pp. 1–22, 2023, doi: 10.3390/molecules28165954.
[7] T. Rahayuningsih, F. S. Rejeki, E. R. Wedowati, and D. Widhowati, “Preliminary study of natural dyes application on batik,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 475, no. 1, pp. 1-7, 2020, doi: 10.1088/1755-1315/475/1/012069.
[8] S. Velusamy, A. Roy, S. Sundaram, and T. Kumar Mallick, “A review on heavy metal ions and containing dyes removal through graphene oxide-based adsorption strategies for textile wastewater treatment,” Chem. Rec., vol. 21, no. 7, pp. 1570–1610, 2021, doi: 10.1002/tcr.202000153.
[9] B. I. Yuniarti and T. Widayatno, “Analisa perubahan BOD, COD, dan TSS limbah cair industri tekstil menggunakan metode elektrooksidasi-elektrokoagulasi elektroda Fe-C dengan sistem semi kontinyu,” Jurnal Rekayasa Hijau, vol. 5, no. 3, pp. 238–247, 2022, doi: 10.26760/jrh.v5i3.238-247.
[10] N. Y. Amogne, D. W. Ayele, and Y. A. Tsigie, “Recent advances in anthocyanin dyes extracted from plants for dye sensitized solar cell,” Mater. Renew. Sustain. Energy, vol. 9, no. 4, pp. 1–16, 2020, doi: 10.1007/s40243-020-00183-5.
[11] E. O. Alegbe and T. O. Uthman, “A review of history, properties, classification, applications and challenges of natural and synthetic dyes,” Heliyon, vol. 10, no. 13, pp. 1-19, 2024, doi: 10.1016/j.heliyon.2024.e33646.
[12] F. K. Uskono, N. Naisumu, and Y. G. Makin, “Pemanfaatan tumbuhan sebagi pewarna alami kain tenun ikat Desa Tainsala Kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara,” Jurnal Biologi Indonesia., vol. 21, no. 1, pp. 1–11, 2025, doi: 10.47349/jbi/21012025/1.
[13] S. Aggarwal, “Indian dye yielding plants: Efforts and opportunities,” Nat. Resour. Forum, vol. 45, no. 1, pp. 63–86, 2021, doi: 10.1111/1477-8947.12214.
[14] M. Salauddin, M. I. A. Rony, M. A. Haque, and A. M. Shamim, “Review on extraction and application of natural dyes,” Text. Leather Rev., vol. 4, no. 4, pp. 218–233, 2021, doi: 10.31881/TLR.2021.09.
[15] D. Setiyanto and F. R. Fuad, “Proses produksi batik pewarna alam di Batik Jalidin Masaran Sragen,” vol. 1, no. 4, pp. 94–103, 2024, doi: 10.62383/realisasi.v1i4.326.







