POLA AKTIIVTAS PEMANFAATAN RUANG OLEH KELOMPOK RENTAN PADA KAWASAN NGARSOPURO
Abstrak
Suatu kota dan daerah berfungsi secara efisien serta adil yaitu dengan adanya ketersediaan ruang terbuka publik yang memadai. Kota Surakarta sebagai “Kota Inklusi” berusaha mewujudkan tujuan global yaitu SDGS ke-11 “Menjadikan kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan”. Permasalahan mengenai aksesibilitas kota masih mendapatkan sorotan sehingga keberadaan kelompok rentan pada ruang terbuka tidak dapat secara penuh hadir dengan kemandirian karena adanya kekhawatiran akan keselamatan ataupun kenyamanan. Pasal 5 ayat (3) Tahun 1999 menyatakan setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat rentan berhak memperoleh perlindngan lebih berkenaan dengan kekhususannya. Keberadaan kelompok rentan pada Kawasan Ngarsopuro banyak ditemui dan banyak melakukan aktivitas pemanfaatan ruang. Maka perlu adanya identifikasi mengenai pola aktiivtas kelompok rentan di Kawasan Ngarsopuro guna dapat memahami kriteria ruang yang inklusif bagi kelompok rentan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan teori pemetaan perilaku. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi kegiatan kelompok rentan pada Kawasan Ngarsopuro yang dilakukan dalam pembagian waku pada hari kerja dan libur pada pagi hari dan sore hari. Analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan place centered mapping. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa pola aktivitas pemanfaatan ruang pada pagi hari mengelompok pada area yang teduh dan rindang dimana lokasi tersebut berada pada dalam ruangan ataupun bawah pohon. Sedangkan pada malam hari kelompok rentan mengelompok pada area dengan penerangan yang cukup dan adanya hiburan. Pada malam hari pemanfaatan ruang oleh kelompok rentan berkaitan erat dengan faktor keamana, dimana aspek tersebut merupakan hal terpenting untuk kelompok rentan menggunakan ruang atau meninggalkannya.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Akkar, Z. M. (2005). Questioning “Inclusivity” Of Public Space In Post-Industrial Cities: The Case Of Haymarket Bus Station, Newcastle Upon Tyne.
Kota Surakarta. (2022). RPJPD Kota Surakarta 2005-2025. Peraturan Daerah Kota Surakarta Tentang Perubahan Atas Peraturan Derah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta Tahun 2005-2025.
Li, J., Dang, A., & Song, Y. (2022). Defining the ideal public space: A perspective from the publicness. Journal of Urban Management, 11(4), 479–487. https://doi.org/10.1016/j.jum.2022.08.005.
Maftuhin, A. (2017). MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR. TATALOKA, 19(2), 93. https://doi.org/10.14710/tataloka.19.2.93-103.
Mehta, V. (2014). Evaluating Public Space. Journal of Urban Design, 19, 53–88. http://dx.doi.org/10.1080/13574809.2013.854698.
UN HABITAT. (2001) Inclusive Cities Initiative – The Way Forward. Nairobi.
Sallis, J.F., Owen,N., Fisher,E.B., 2008.Ecological models of health behavior.In: Glanz, K.,Rimer,B.,Viswanath,K.(Eds.),Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice, fourthed. Jossey-Bass,San Francisco,CA, pp. 465–482.
McCormack, G.R., Rock,M., Toohey, A.M., Hignell,D., 2010.Characteristics of urban parks associated with park use and physical activity:are view of qualitative research. HealthPlace16,712–726.
Kaczynski, A.T., Henderson, K.A., 2007. Environmental correlates of physical activity:are view of evidence about parks and recreation. Leisure Sci.29, 315–354.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##<a rel="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/"><img alt="Creative Commons License" style="border-width:0" src="https://i.creativecommons.org/l/by-nc/4.0/88x31.png" /></a><br />This work is licensed under a <a rel="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/">Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License</a>.