Mosehei Wonuai (Studi Tentang Rituali Tolak Bala di Kolaka dalam Perspektif Islam)

  • Bustar Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
    (ID)
  • Indo Santalia Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
    (ID)
  • Ibrahim Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
    (ID)

Abstrak

Tujuan penelitian ini: mendeskripsikan prosesi dan makna pesan benda-benda pada saat mosehe wonua dan menganalisis perspektif Islam tentang pelaksanaan tradisi mosehe wonua di Kolaka. Jenis peneiltian ini tergolong penelitian kualitatif dengan pendekatan teologi, histori dan antropologi. Adapun sumber data penelitian ini adalah Tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama. Selanjutnya, metote pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan penelusuran refrensi. Lalu teknik analisis data menggunakan teknik analisis kategorisasi data, reduksi data, pengelompokkan dan penyusunan data interpretasi data, pengambilan kesimpulan serta verifikasi data. Hasil penelitian adalah: Tradisi mosehe wonua pertama kali diadakan pada abad ke XIII di masa pemerintahan raja anakia Larumbalangi. Prosesi ritual tersebut melibatkan beberapa elemen yaitu, Pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Tahapan pelaksanaannya; permohonan izin tolea pada bupati untuk melaksanakan ritual tersebut, pembersihan hewan kurban, pembacaan mantra/do’a, menombak hewan secara simbolis dengan memakai tankalea dan pemotongan hewan kurban. Makna filosofi benda yang digunakan pada saat ritual, kerbau putih bermakna ketulusan hati/suci, telur ayam bermakna lambang kehidupan yaitu Allah swt, lilin bermakna penerang, kain putih bermakna hati yang suci/ikhlas, batang pisang bermakna mendinginkan dan paduan daun sirih, kapur dan buah pinang sebagai simbol menyatukan semua pihak yang ada di Kolaka. Pandangan tokoh agama dan teks agama dalam mosehe wonua terdapat hal yang positif sebagai sarana silaturahmi pemerintah dan warga masyarakat, namun terdapat pula sisi negatif yang tidaki isejalan dengani isyariat Islami idan perlu diluruskan, yaitu masih menggunakan mantra-mantra dan memohon izin kepada sangia/dewa-dewa. Kaloborasi agama dan tradisi pada masyarakat akan muncul tiga aras; 1) konflik agama dan tradisi, 2) adanya kompromi agama dan tradisi dan 3) tampil sebagai hibriditas (mentoleransi sebagian dari agama, sisanya mengikut kebiasaan masyarakat). Hubungan agama dan tradisi di Indonesia muncul sebagai integrasi yang beragam yaitu; bercorak sinkretik, akulturatif, kaloboratif dan legitimasi. Implikasi dari penelitian menunjukkan tradisi mosehe wonua tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kolaka khususnya di Wundulako yang mayoritas beragama Islam. Namun dalam realitanya, sebagian masyarakat masih memiliki kepercayaan sinkretisme. Hal inilah yang perlu diperbaiki dengan pendekatan struktural dan kultural agar tradisi mosehe wonua tetap terlaksana dengan syarat sejalan dengan syariat Islam.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##
Diterbitkan
2022-04-30
Bagian
Artikel
Abstrak viewed = 195 times

##plugins.generic.recommendByAuthor.heading##